Beranda | Artikel
Baca Kitab Tafsir Ternyata Harus Wudhu, Ini Alasannya
Sabtu, 3 Juni 2017

Apa benar membaca kitab tafsir disyaratkan untuk berwudhu?

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak ditanya mengenai hukum membawa kitab Tafsir Al-Muyassar dan membacanya apakah dipersyaratkan untuk berwudhu.

Jawaban beliau hafizahullah, kitab tafsir yang di situ terdapat Al-Quran yang bersambung secara sempurna tidak terputus-putus seperti kitab tafsir yang disebut Tafsir Al-Muyassar, maka tetap disebut mushaf sehingga berlaku padanya hukum mushaf. Contohnya juga adalah kitab Al-Mukhtashar fi At-Tafsir. Kitab semacam ini memiliki Al-Qur’an secara sempurna. Terlihat bahwa surat dan ayat bersambung secara sempurna di halaman-halamannya yang ada. Kalau kita mau membaca Al-Quran bisa membacanya langsung.

Jumhur ulama (baca: mayoritas) berpandangan bahwa diharamkannya menyentuh mushaf dalam keadaan berhadats, walaupun hadatsnya hadats kecil.

Adanya tambahan tafsir pada catatan pinggir, tidaklah mengeluarkannya dari hakikat mushaf dan berlaku hukum mushaf dalam masalah tersebut. Walaupun kalau diperhatikan bahwa bahasan tafsir akan lebih banyak, maka disebutlah kitab tafsir sehingga dinamakan Al-Quran Al-Karim wa At-Tafsir Al-Muyassar atau disebut Al-Quran Al-Karim, Al-Mukhtashar fi At-Tafsir.

Adapun para ulama menyebut ada keringanan menyentuh kitab tafsir, ini berlaku jika ayat Al-Quran ditulis secara terpisah. Jadi tafsir berdiri sendiri. Seperti ini tidak disebut mushaf. Kitab tafsir seperti itu pun tidak dimaksudkan tilawah ketika membacanya dan tidak mudah juga tilawah dari kitab tafsir semacam itu. Wallahu a’lam.

Demikian penjelasan yang penulis terjemahkan dari status Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak dalam status channel telegram beliau hafizahullah.

Kesimpulan kitab tafsir dapat dirinci menjadi dua:

1- Jika di dalamnya ada mushaf yang tertulis sempurna satu halaman dan kita bisa tilawah dengannya, baiknya berwudhu sebelum menyentuh lalu membacanya. Contoh kitab tafsir seperti ini adalah Tafsir Al-Muyassar, Al-Mukhtashar fi At-Tafsir, dan yang lebih dulu ada adalah Tafsir Al-Jalalain yang tercetak saat ini.

2- Jika di dalamnya ada tafsir yang terpisah ayat demi ayat lalu kita tidak bisa tilawah lewat kitab tafsir tersebut dengan mudah, maka tidak dipersyaratkan berwudhu ketika ingin menyentuhnya. Contoh: Tafsir As-Sa’di, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Baghawi, Tafsir Ath-Thabari, Adhwaul Bayan.

Semoga jadi ilmu yang bermanfaat.

@ Masjidil Haram Makkah, bada berbuka puasa hingga menjelang Isya, malam 9 Ramadhan 1438 H

*Naskah dari Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak.

‎س: هل حمل التفسير الميسر والقراءة فيه يشترط له الطهارة؟

‎ج: الحمد لله وحده، وصلى الله وسلم على من لا نبي بعده؛ أما بعد: فالظاهر لي أن المصحف الذي في حواشيه التفسيرُ الميسر، هو مصحفٌ، له حكم المصاحف، ومثله (المختصر في التفسير)، فهذه مصاحف فيها القرآن كاملا، وسوره وآياته متصلة في صفحاتها، وتقصد للقراءة فيها، وقد ذهب جمهور أهل العلم إلى تحريم مس المحدث للمصحف، وإن كان حدثه أصغر، وإضافة التفسير في الحواشي لا تخرجه عن حقيقة المصحف وحكمه، وإن غلَّب مصدرو هذه المصاحف جانب التفسير، فجعلوا الاسم له، والاسمُ المطابق لهذه المصاحف: القرآنُ الكريم والتفسير الميسر، أو: القرآن الكريم المختصر في التفسير. وأما ترخيص الفقهاء في مس ِّكتب التفسير، فهو معلل بأن آيات القرآن فيها متفرقة، ويتخللها التفسير، لذلك لا يسمى شيء منها مصحفًا، ولا تقصد للتلاوة، إذ لا تتيسر التلاوة فيها. والله أعلم.

‎أملاه:

‎عبد الرحمن بن ناصر البراك

‎حرر في الخامس من شعبان 1436هـ

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/15918-baca-kitab-tafsir-ternyata-harus-wudhu-ini-alasannya.html